Dalil-dalil dan Hadits Shahih Tentang Al Mahdi


Dalil-Dalil As Sunnah Yang Menunjukkan Akan Kemunculan Al Mahdi
Banyak hadits shahih yang menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi ini. Di antaranya ada hadits-hadits yang secara eksplisit menyebutkan Al-Mahdi dan ada pula yang hanya menyebut sifat-sifat atau identifikasinya saja. Di sini akan kami sebutkan beberapa hadits saja yang kami pandang sudah cukup untuk menunjukkan akan munculnya Al Mahdi pada akhir zaman yang merupakan salah satu tanda sudah dekatnya hari kiamat.

1. Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Pada masa akhir umatku akan muncul Al Mahdi. Pada waktu itu Allah me-nurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan banyak harta (penghasilan), banyak ternak, umat menjadi mulia, dan dia hidup selama tujuh atau delapan tahun.” [Mustadrak Al Hakim 4: 557-558, dan ia berkata, "Ini adalah hadits yang shahih isnadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya." Dan Adz-Dzahabi menyetujui pendapat Al Hakim ini. Al Albani berkata, "Ini adalah sanad yang shahih yang perawi-perawinya terpecaya.” Silsilatul-Ahaditsish-Shalihah 2:336, hadits no. 711. Dan periksa risalah (Thesis) Abdul Alim” Ahaditsul Mahdi Fi Mizanil Jarhi wat Ta’dil” halaman 127-128]

2. Juga diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Artinya : Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya, dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata).” Lalu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, “Apakah yang dimaksud dengan shihah (tepat) ?” Beliau menjawab, “Merata di antara manusia.” Dan selanjutnya beliau bersabda, “Dan Allah akan memenuhi hati umat Muhammad saw dengan kekayaan (kepuasan), dan meratakan keadilan kepada mereka seraya memerintahkan seorang penyeru untuk menyerukan: ‘Siapakah yang membutuhkan harta? Maka tidak ada seorang pun yang berdiri kecuali satu, lalu Al Mahdi berkata, “Datanglah kepada bendahara dan katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya Al-Mahdi menyuruhmu memberi uang. ‘Kemudian bendahara berkata, ‘Ambillah sedikit” Sehingga setelah dibawanya ke kamarnya, dia menyesal seraya berkata, ‘Saya adalah umat Muhammad yang hatinya paling rakus. atau saya tidak mampu mencapai apa yang mereka capai’ Lalu ia mengembalikan uang (harta) tersebut, tetapi ditolak seraya dikatakan kepadanya, ‘Kami tidak mengambil kembali apa yang telah kami berikan.’ Begitulah kondisinya waktu itu yang berlangsung selama tujuh, delapan, atau sembilan tahun. Kemudian tidak ada kebaikan lagi dalam kehidupan sesudah itu. ” [Musnad Ahmad 3: 37. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya secara ringkas, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan berbagai sanad, juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan ringkas dan perawi-perawinya terpecaya.” Majma’uz Zawaid 7: 313:314. Dan periksalah "Aqidatu ahlis-Sunnah wal-Atsar fi Al Mahdi Al Muntazhar" halaman 177 karya Syekh Abdul Muhsin Al 'Abbad)].

Hadits ini menunjukkan bahwa setelah kematian Al Mahdi akan muncul keburukan dan muncul fitnah-fitnah yang besar.

3. Dari Ali Radhiyallahu ‘anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda  : “artinya,  Al Mahdi itu dari golongan kami, ahli bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam.” [Musnad Ahmad 2: 58 hadits nomor 645 dengan tahqiq Ahmad Syakir yang mengatakan. "Isnadnya shahih." Dan Sunan Ibnu Majah 2:1367. Hadits ini juga dishahkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami' Ash Shaghir 6: 22 hadits nomor 6611].

Ibnu Katsir berkata, “Allah menerima taubatnya dan memberinya taufiq, memberinya ilham dan bimbingan setelah sebelumnya tidak demikian.” [An-Nihayah fil-Fitan wal-Malahim 1: 29) dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]‘

4. Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Al-Mahdi itu dari keturunanku, lebar dahinya dan mancung hidungnya. la memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezhaliman dan penganiayaan.. la berkuasa selama tujuh tahun.” [Sunan Abu Daud, Kitab Al-Mahdi 11: 375 hadits nomor 4265. Mustadrak Al Hakim 4: 557 dan dia berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Muslim, tetapi beliau berdua (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya." Adz-Dzahabi berkata. "lmran, salah seorang perawinya, adalah dha'if dan Muslim tidak meriwayatkan haditsnya." Dan mengenai sanad Abi Daud, Al-Mundziri berkata, "Di dalam sanadnya terdapat Imran Al-Qaththan, yaitu Abul 'Awwam Imran bin Dawur Al-Qaththan Al-Bishri, Al-Bukhari menjadikan haditsnya sebagai syahid. dan dia dianggap kepercayaan oleh Affan bin Muslim dan Yahya bin Sa'id Al-Qaththan memujinya dengan baik. Tetapi dia dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan Nasa'i." (Aunul Ma'bud 11: 37). Adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul I'tidal, "Ahmad berkata, 'Saya berharap dia itu baik haditsnya.' Abu Daud berkata, 'Dha'if.' (mizanul I'tidal 3: 26). Ibnu Hajar berkata mengenai Imran, "Dia itu jujur tetapi tertuduh berfaham Khawarij. " (Taqribut Tahdzib 2: 83). Dan Ibnul Qayyim mengomentari sanadnya Abu Daud demikian. "Jayyid (bagus). " (Al-Manarul Munif: 144 dengan tahqiq Syeh Abdul Fattah Abu Ghadah). Al-Albani berkata, "Isnadnya hassan. " (Shahih Al Jami'ush Shaghir 6: 22-23 hadits nomor 6612)].

5. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata : saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya, Al  Mahdi itu keturunanku, dari anak cucu Fatimah.” [Sunan Abi Daud : 373; Sunan Ibnu Majah 2: 1368. Al-Albani berkata dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir 6: 22 nomor 6610. "Shahih." Dan periksalah Risalah / Thesis Abdul’Alim tentang "Al Mahdi" halaman 160].

6. Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Isa bin Maryam akan turun, lalu pemimpin mereka, Al-Mahdi, berkata. ‘Marilah shalat bersama kami! ’Isa menjawab, Tidak! Sesungguhnya sebagian mereka menjadi amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini. ‘” [Hadits Riwayat Al-Harits bin Abu Usamah dalam musnadnya seperti disebutkan dalam Al-Manarul Munif karya Ibnul Qayyim halaman 147-148, dan diriwayatkan dalam kitab Al-Hawi fi Al-Fatawa karya As-Suyuthi 2: 64. Ibnul Qayyim berkata, "Hadits ini isnadnya jayyid (bagus). " Dan dishahkan oleh Abdul 'Alim dalam Risalahnya tentang Al-Mahdi halaman 144].

7. Dari Abi Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Dari antara keturunan kami akan ada orang yang Isa Ibnu Maryam melakukan shalat di belakangnya. ” [Riwayat Abu Nu’aim dalam Akhbaril Mahdi sebagaimana dikatakan oleh As-Suyuthi dalam Al Hawi 2: 64, dan dia memberi tanda dha'if, demikian pula Al-Munawi dalam Faidhul Qadir 6: 17. Al-Albani berkata, Shahih. Periksa: Shahih Al Jami’ush Shaghir 5: 219 hadits nomor 5796. Abdul 'Alim mengatakan di dalam risalah nya, isnadnya hasan karena syahid-syahidnya." Periksa Risalah - Thesis Abdul 'Alim halaman 241].

8. Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu. ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Tidaklah dunia akan lenyap sehingga negeri Arab dikuasai oleh seorang laki-laki dari ahli baitku (keluarga rumahku) yang namanya sama dengan namaku.’’ [Musnad Ahmad 5: 199 hadits nomor 3573 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata,”Isnadnya shahih.”Dan Tirmidzi 6:485, dan dia berkata, "Ini adalah hadist hasan shahih. '' Dan Sunan Abu Daud 11: 371]

Dan dalam riwayat disebutkan dengan lafal : “Namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. ” [Sunan Abi Daud 11: 370. Al-Albani berkata, "Shahih. " (Shahih Al Jami'ush Shaghir 5: 70-71, hadits nomor 5180). Dan periksa pula Risalah Abdul 'Alim tentang al-Mahdi halaman 202]


Sebagian Hadits Shahih Yang Berhubungan Dengan Al Mahdi
1. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bagaimana keadaanmu jika Ibnu Maryam telah turun kepadamu dan imam kamu dari golonganmu?” [Shahih Bukhari, Kitab Ahaditsil Anbiya', Bab Nuzuli Isa bin Maryam 'alaihissalam 6: 491; Shahih Muslim, Kitab Al Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Hakiman 2: 193]

2. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda : “Artinya : Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” Kemudian, sabda beliau selanjutnya, “akan turun Isa ibnu Maryam, lalu pemimpin mereka berkata, ‘Marilah shalat mengimami kami. ‘ Lalu Isa menjawab, ‘Tidak! Sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan dari Allah. ‘” [Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Alaihis sallam. Hakim 2: 193-194].

3. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Pada masa terakhir umatku akan ada khalifah yang membagi-bagikan harta dengan tiada terhitung. ”Al-Juzairii  salah seorang perawi hadits ini berkata, “Saya bertanya kepada Abu Nadharah dan Abul ‘Ala’. “Apakah Anda berdua berpendapat bahwa orang tersebut adalah Umar Abdul Aziz?” Mereka menjawab,”Tidak.”[Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah 18: 38-39. Dan diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah pada bab Al-Mahdi 15: 86-87 dengan tahqiq Syu'aib Al-Aznaut. Al-Baghawi berkata. "ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim."].

Hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukan kepada dua hal :

Kesatu : Bahwa ketika Isa Ibnu Maryam ‘Alaihis sallam turun dari langit, yang menjadi pemimpin untuk mengurus urusan kaum muslimin adalah salah seorang laki-laki di antara mereka.

Kedua : Bahwa kehadiran pemimpin mereka untuk shalat mengimami mereka dan permintaannya kepada Isa ketika turun dari langit itu untuk menjadi imam shalat bersama mereka menunjukkan bahwa pemimpin tersebut adalah orang yang shalih dan mendapat serta menerapkan petunjuk Allah. Meskipun dalam hadits-hadits tersebut tidak disebutkan nama Al-Mahdi secara eksplisit melainkan hanya disebutkan sifat-sifatnya sebagai orang shalih yang mengimani kaum Muslimin pada waktu itu, namun banyak hadits dalam kitab-kitab Sunan dan Musnad serta lain-lainnya yang menafsirkan hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim itu yang menunjukkan bahwa lelaki yang shalih itu bernama Muhammad bin Abdullah dan disebut juga Al-Mahdi, dan sunnah itu saling menafsirkan antara sebagian terhadap sebagian yang lain. Dan di antara hadits yang menunjukkan hal itu ialah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu Amir (pemimpin) mereka, Al Mahdi, berkata...“

Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin yang tersebut dalam Shahih Muslim yang meminta kepada Isa Ibnu Maryam untuk mengimami shalat itu bernama Al Mahdi.

Syaikh Shidiq Hasan mengemukakan sejumlah besar hadits tentang Al Mahdi di dalam kitabnya Al idza‘ah dan menempatkan hadits Jabir yang diriwayatkan Imam Muslim ini di bagian terakhir. Selanjutnya Uqbah berkata, “Di dalam hadits ini tidak terdapat sebutan Al Mahdi secara eksplisit, tetapi hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya tak dapat diartikan lain kecuali Al Mahdi Al Muntazhor (yang ditunggu kedatangannya) sebagaimana ditunjuki oleh hadits-hadits dan atsar-atsar terdahulu yang banyak jumlahnya.” [Aqidah Ahlis Sunnah wa Atsar fil Mahdil Muntazhor. 175-176 oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al 'Abbad, Dosen Al Jami'ah Al Islamiyyah Madinah Al Munawarroh, cetakan pertama tahun 1402 H, terbitan Mathabi'ur Rasyid, Madinah. Dan periksa pula Al Idza'ah halaman 144]


Para Ulama Yang Menyusun Kitab Tentang Al Mahdi

Di samping adanya kitab-kitab hadits yang masyhur seperti Sunan Yang Empat (Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasai, dan Sunan Ibnu Majah) dan kitab-kitab Musnad seperti Musnad Ahmad, Musnad Al Bazzar, Musnad Abi Ya’la, Musnad Al Harits bin Abi Usamah, dan Mustadrak Al Hakim, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Shahih Ibnu Khuzaimah, dan kitab-kitab lain yang menyebutkan hadits-hadits tentang Al Mahdi [1], sebagian ulama juga telah menyusun secara tersendiri mengenai Al Mahdi Al Muntazhor ini dalam karya-karya mereka yang memuat sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi ini, antara lain :
1. Al Hafizh Abu Bakar bin Abi Khaitsamah [2] menghimpun hadits-hadits tentang Al Mahdi, sehagaimana dikutip oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya halaman 556 dari As-Suhaili.
2. As Suyuthi menyusun satu bagian tersendiri yang diberi judul Al-’Arful Wardiy Fi Akhbaril Mahdi dalam Al Hawi lil Fatawi.
3. Dalam kitabnya An-nihayah Fil Fitan wal Malahim juz 1 halaman 30, Ibnu Katsir mengatakan bahwa beliau telah menyusun sebuah kitab tersendiri mengenai Al-Mahdi.
4. Ali Al-Muttaqi Al-Hindi [3] memiliki sebuah risalah yang diberi judul Risalah Fi Sya ‘nil Mahdi [Al Isya'ah li Asyrathis Sa'ah halaman 121].
5. Ibnu Hajar Al Makki [4] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Qaulul Mukhtashar Fi ‘Alaamaatil Mahdil Mahdil Muntazhor. [Al-Isya'ah: 105; Lawami 'ul Anwar 2: 72] ; dan Risalah / Thesis Abdul ‘ Alim tentang Al-Mahdi halaman 43).
6. Al Mulla Ali al Qari [5] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Masyrabul Wardiy Fi Madzhabil Mahdi. [Al Isya'ah: 113].
7. Mar’i bin Yusuf al Hanbali [6] menyusun sebuah kitab berjudul Fawaidul Fikri Fi Zhuhuril Muntazhor. [Lawami'ul Anwar 2: 76; dan Al ldza'aj: 147-148]
8. Asy Syaukani juga menyusun sebuah kitab yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih. [Al-Idza'ah. 113].
9. Shiddiq Hasan berkata. “As Sayyid Al ’Allamah Badrul Millah Al Munir Muhammad bin Ismail Al Amir Al Yamani [7] telah mengumpulkan hadits-hadits yang menetapkan akan keluarnya Al Mahdi, yang dia ini berasal dari keluarga Nabi Muhammad saw dan akan muncul pada akhir zaman.” [Al ldza'ah: 114].


Bagaimana Jika Mengingkari Hadits Al Mahdi?
Telah kami sebutkan di muka sejumlah hadits shahih yang menunjukkan secara qath’i akan munculnya Al-Mahdi pada akhir zaman sebagai juru damai dan pemimpin yang adil, dan telah kami kutip pula sejumlah perkataan ulama yang menetapkan ke-mutawatiran hadits-hadits tentang Al-Mahdi, serta telah kami sebutkan pula beberapa buah kitab yang disusun para ulama yang membicarakan masalah Al-Mahdi secara khusus.

Tetapi sayang masih ada sejumlah penulis [8] pada zaman ini yang mengingkari kedatangan Al-Mahdi dan mengatakan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi itu tanaqudh (bertentangan satu sama lain) dan batil, dan Al-Mahdi itu hanyalah cerita fiksi ciptaan kaum Syi’ah kemudian dimasukkan dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah.

Sebagian penulis itu terpengaruh oleh pendha’ifan sejarawan Ibnu Khaldun[9] terhadap hadits-hadits Al-Mahdi, padahal Ibnu Khaldun sendiri tidak termasuk pakar dalam lapangan ini yang layak diterima pengesahan dan pendha’ifannya. Dalam hal ini, setelah mengemukakan banyak hadits mengenai Al-Mahdi dan mencela banyak sanadnya, beliau berkata, “Inilah sejumlah hadits yang diriwayatkan para Imam mengenai Al-Mahdi dan kedatangannya pada akhir zaman; sedangkan hadits-hadits itu sebagaimana yang saya ketahui tidak lepas dari kritik kecuali hanya sedikit atau sangat sedikit.” [Muqaddimah Tarikh Ibnu Khaldun 1: 574]

Perkataan Ibnu Khaldun di atas menunjukkan bahwa masih ada beberapa hadits yang selamat dari kritiknya. Maka kami katakan bahwa seandainya ada sebuah hadits saja yang shahih, niscaya hal itu sudah cukup menjadi hujjah mengenai Al-Mahdi ini. Nah betapa lagi dengan hadits-haditsnya yang shahih dan mutawatir ini?

Dalam menyanggah pendapat Ibnu Khaldun, Syekh Ahmad Syakir mengatakan. “Ibnu Khaldun tidak memahami dengan baik istilah ahli hadits: “Al-Jarhu maqadamu ‘ala at-Ta’diili.” (Celaan itu didahulukan daripada pujian).

Kalau dia mau menganalisis dan memahami dengan baik istilah tersebut niscaya dia tidak akan berkata begitu. Tetapi boleh jadi dia telah membaca dan memahaminya. Namun dia ingin melemahkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi karena visi politik pada waktu itu.” [Ta'liq Ahmad Syakir atas Musnad Imam Ahmad 5: 197-198]

Kemudian beliau menjelaskan bahwa apa yang ditulis Ibnu Khaldun dalam pasal ini tentang al-Mahdi; penuh dengan kesalahan mengenai nama-nama perawinya dan pengutipan catat-cacatnya. Dan beliau beralasan bahwa hal itu mungkin disebabkan dari sikap orang-orang yang menasakh dan kelalaian para pen tashhih. Wallahu a ‘lam.

Untuk meringkas pembahasan, baiklah kami kutipkan di sini apa yang dikatakan Syekh Muhammad Rasyid Ridha mengenai Al-Mahdi, sebagai contoh bagi orang-orang yang mengingkari hadits-hadits tentang Al-Mahdi. Beliau berkata:

“Adapun pertentangan di antara hadits-hadits Al Mahdi sangat kuat dan jelas, mengkompromikan riwayat-riwayat tersebut sangat sulit, orang-orang yang mengingkarinya sangat banyak, dan syubhatnya sangat jelas. Karena itu Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkan sama sekali hadits Al Mahdi ini dalam kitab Shahih beliau, padahal kerusakan dan fitnah banyak tersebar di kalangan bangsa-bangsa yang beragama Islam.” [Tafsir Al-Manar 9: 499]

Kemudian beliau mengemukakan beberapa contoh pertentangan hadits-hadits Al Mahdi tersebut dan kesemrawutannya, menurut anggapan beliau, dengan mengatakan : “Sesungguhnya riwayat yang masyhur mengenai namanya dan nama ayahnya menurut Ahlus Sunnah bahwa dia bernama Muhammad bin Abdullah, dan dalam satu riwayat dikatakan Ahmad bin Abdullah. Sedangkan golongan Syi’ah Imamiyah sepakat bahwa dia adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-’Asy’ari, imam kesebelas dan keduabelas dari imam-imam mereka yang makshum. dan mereka memberinya gelar Al hujjah. Al Qaaim, dan Al Muntazhor... Sedangkan kelompok Al Kisaniyyah [10] beranggapan bahwa Al Mahdi adalah Muhammad bin Al Hanafiyah dan dia hidup dan berdiam, di gunung Dhawi...” [Tafsir Al-Manar 9: 501]

Selanjutnya beliau mengatakan. “Yang masyhur mengenai nasabnya, bahwa dia adalah ‘Alawi Fatimi (keturunan Ali dari jurusan Fatimah) dari putra Al Hasan. Sedangkan dalam beberapa riwayat dikatakan dari putra Al Husain. dan ini sesuai pendapat Syi’ah Imamiyah. Di samping itu terdapat beberapa hadits yang menerangkan. bahwa dia dari putra Abbas.” [Tafsir Al-Manar 9: 502]

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa banyak cerita Israilliyat yang dimasukkan dalam kitab-kitab hadits. Dan para fanatis Alawiyyah, Abbasiyyah. dan Farisiyyah mempunyai peranan yang sangat besar dalam memalsukan hadits-hadits Al Mahdi. Masing-masing golongan mendakwakan bahwa Al-Mahdi itu dari kelompok mereka. Orang-orang Yahudi dan orang-orang Persi mempopulerkan riwayat-riwayat ini dengan maksud meninabobokan kaum muslimin sehingga mereka bersikap pasrah tanpa mau berjuang karena menunggu munculnya Al Mahdi untuk menegakkan Dinul Islam ini dan menyebarkan keadilan di jagad raya. [Tafsir Al Manar 9: 501-50I]

Apa yang dikemukakan Syekh Muhammad Rasyid Ridha ini dapat dijawab demikian: Bahwa riwayat-riwayat tentang kedatangan Al Mahdi itu adalah shahih dan mutawatir maknawi sebagaimana telah kami sebutkan sejumlah hadits mengenai Al mahdi ini serta nash-nash para ulama tentang keshahihan dan kemutawatirannya.

Sedangkan alasan bahwa Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkan hadits-hadits Al Mahdi, maka kami katakan bahwa seluruh sunnah tidak hanya terbukukan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim saja, bahkan banyak sekali hadits shahih yang tidak tercantum dalam kedua kitab tersebut tetapi tercantum dalam kitab-kitab Sunan, Musnad, Mu’jam, dan lain-lain kitab hadits.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Imam Bukhari dan Muslim tidak harus meriwayatkan semua hadits shahih, tetapi kedua beliau itu tidak juga menshahihkan beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kedua kitab beliau, sebagaimana dikutip oleh Imam Tirmidzi dan lainnya dari Imam Bukhari mengenai penshahihan beliau terhadap beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kitab beliau, melainkan dalam kitab-kitab Sunan dan lainnya.” [Al Baa 'itsul Hatsiits Syarhu Itkhtishori Ulumil Hadits karya Ibnu Katsir, halaman 25, oleh Ahmad Syakir, terbitan Darul Kutubil Ilmiyyah]

Adapun mengenai keberadaan hadits-hadits tersebut banyak kemasukan dongeng-dongeng Israiliyat dan sebagian lagi merupakan hasil pemalsuan golongan Syi’ah dan para fanatis golongan lain, maka anggapan seperti ini benar. Tetapi, para Imam hadits telah menjelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak. Dan mereka juga telah menyusun beberapa kitab untuk mengumpulkan hadits-hadits maudhu’ dan menjelaskan hadits-hadits yang dha’if. Mereka juga telah membuat kaidah-kaidah yang cermat dalam menentukan kriteria dan identitas para perawi, sehingga tidak ada seorangpun ahli bid’ah atau pendusta melainkan dijelaskan keadaannya. Maka Allah telah memelihara sunnah dari permainan orang-orang yang suka bermain-main dan penyelewengan orang yang suka berlebihan serta dari ulah pembuat kebatilan. Dan ini merupakan salah satu cara pemeliharaan Allah terhadap Din Islam ini.

Kalau ada riwayat-riwayat Al Mahdi yang maudhu’ yang dibuat oleh orang-orang yang fanatik terhadap golongan, maka hal itu tidak menjadikan kita harus meninggalkan riwayat-riwayat yang shahih. Dan dalam riwayat-riwayat yang shahih ini disebutkan sifat-sifatnya, namanya, dan nama ayahnya.

Apabila ada segolongan manusia yang menetapkan dan menganggap seseorang sebagai Al Mahdi tanpa didukung oleh identitasnya sebagaimana yang tersebut dalam hadits-hadits shahih. maka hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengingkari akan datangnya Al Mahdi sebagaimana disebutkan dalam hadits. Selanjutnya, Al Mahdi yang sebenarnya tidak memerlukan adanya orang yang memproklamirkannya. Dia akan dimunculkan oleh Allah ke tengah-tengah manusia jika Allah sudah menghendakinya, dan orang-orang pun akan mengenalnya dengan tanda-tandanya. Adapun anggapan bahwa hadits-hadits Al Mahdi itu kontradiktif, maka anggapan ini muncul disebabkan adanya riwayat-riwayat yang tidak shahih; sedangkan hadits-hadits yang shahih maka tidak ada pertentangan sama sekali. Maka kepunyaan Allah-lah segala puji dan sanjungan.

Dan lagi, memang perselisihan antara golongan Syi’ah dan Ahlus Sunnah tak terbatas, sedangkan hukum yang adil adalah Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih. Adapun khurafat dan kebatilan-kebatilan Syi’ah tidak boleh dijadikan standard unluk menolak hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Al Allamah Ibnul Qayyim berkata mengenai Al-Mahdi demikian, “Golongan Rafidhah Imamiyah memiliki pendapat keempat bahwa Al Mahdi adalah Muhammad bin Al Hasan Al Askari [11] Al Muntazhor dari anak Husain bin Ali, bukan dari anak Hasan, yang datang ke pelbagai negara, tetapi tidak terlihat oleh mata, yang mewariskan tongkat dan menutup tanah lapang. la telah masuk ke dalam gua di bawah tanah Samira’ sebagai anak kecil dalam waktu lebih dari lima ratus tahun. Setelah itu tidak ada lagi mata yang pernah memandangnya dan tidak ada pula kabar beritanya, dan mereka menantinya setiap hari. Mereka berhenti dengan kudanya di depan pintu gua sambil berteriak-teriak memanggilnya agar keluar dengan mengatakan, “Keluarlah, wahai Tuan kami! Keluarlah, wahai Tuan kami! Kemudian mereka kembali dengan tangan hampa. Begitulah kelakuan mereka! Dan sungguh baik orang yang mengatakan :

”Mana mungkin gua dalam tanah akan melahirkan orang yang kamu panggil dengan kebodohan. Bilakah waktunya ia kan datang?
Maka karena akalmu yang rusak, kamu memuat yang ketiga setelah anqa* dan ghilan**
Maka mereka menjadi cercaan bagi Bani Adam dan menjadi bahan tertawaan setiap orang yang berakal sehat.” [Al-Manarul Munif: 152-153]
*). Binatang yang berkepala dan bersayap seperti garuda dan berbadan singa. (penj).
**) Hantu. (penj).

Sumber :  kitab Asyratus Sa’ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As’ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]

Catatan Kaki :
[1]. Periksa: Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar Fil Mahdil Muntazhor halaman 166-168, karya Syekh Abdul Muhsin Al ’Abbad. Dalam kitab tersebut beliau menyebutkan 36 buah kitab tentang Al-Mahdi dan sejumlah penyusunnya.
[2]. Beliau adalah Al Hafizh Al Kabir Abu Bakar Ahmad bin Ani Khaitsamah. Ayahnya adalah Zuhair bin Harb, seorang hafizh yang merupakan salah seorang guru Imam Muslim. Abu Bakar menimba ilmu dari Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma’in. Beliau juga menulis kitab At Tarikh Al Kabir. Mengenai kitab ini, Adz-Dzahabi berkata, “Saya tidak mengetahui kitab yang lebih banyak faedahnya daripada ini.” Beliau wafat tahun 279 H.
[3]. Beliau adalah Ali bin Hisamuddin Al-Hindi, salah seorang yang memiliki perhatian besar terhadap hadits. Beliau berdomisili di dekat Makkah dan wafat di sana pada tahun 975 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahab 8: 370 dan Al-A’lam 4: 271).
[4]. Beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitsami, seorang ahli fiqih madzhab Syafi’i. Beliau memiliki banyak karangan. Beliau wafat di Makkah pada tahun 973 H. Dan ada yang mengatakan 984 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahab 8: 370 dan Al A’lam 1: 234.
[5]. Beliau adalah Ali bin Sulthan Muhammad Nuruddin AI-Harawi, seorang ahli fiqih Madzhab Hanafi; berdomisili di Makkah dan wafat di sana pada tahun 1014 H. Semoga Allah merahmati beliau. Beliau memiliki banyak karya tulis. (Al A’lam 5: 12).
[6]. Beliau adalah Mar’i bin Yusuf Al-Karami Al Muqaddasi seorang ahli tarikh dan ahli sastra, juga termasuk pembesar fuqaha. Beliau memiliki karangan hingga 70 kitab; wafat di Kairo pada tahun 1033 H, semoga Allah merahmati beliau. Periksa Al A’lam 7: 203.
[7]. Beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Shalah bin Muhammad Al Hasani Al Kahlani Ash Shan’ani, pengarang kitab Subulus Salam Syarah bulughul Maram. Beliau memiliki banyak karangan, dan wafat di Shan’a pada tahun 1182 H. Periksa: Al A’lam 6: 38.
[8]. Yang paling menonjol dalam hal ini antara lain: Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar 9: 499-504, Muhammad Farid Wajdi dalam Dairatu Ma’arifil Qamil ‘Isyrin 10: 480, Ahmad Amin dalam kitabnya Dhuhal Islam 3: 237-241, Abdur Rahman Muhammad Utsman dalam Catatan kakinya terhadap Tuhfatul Ahwadzi 6: 474, Muhammad Abdullah ‘Anan dalam kitabnya Mawaqif Hasimah Fi Tarikhil Islam: 357-364, Muhammad Fahim Abu Ubaiyyah dalam ta’liqnya atas an-Nihayah Fil Fitan wal Malahim karya Ibnu Katsir 1: 37, Abdul Karim Al Khathib dalam kitabnya Al Masih Fil Qur’an wat Taurat wal Injil : 539, dan terakhir adalah Syekh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud dalam kitabnya Laa Mahdiy Muntazhor Ba ‘dar Rasul saw. Khairul Basyar.” Pendapat beliau-beliau itu disanggah oleh Fadhilatus Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad Al ’Abbad dalam kitab beliau yang sangat berharga yang berjudul Ar’Radd ‘ala Man Kadzdzaba bil Ahaadiitshish Shahihah al-waridah fil Mahdi”. khususnya sanggahan terhadap risalah Ibnu Mahmud yang di dalamnya terdapat pendapat yang jauh dari kebenaran. Semoga Allah membalas pembelaan beliau terhadap Islam dan kaum Muslimin dengan balasan yang sebaik-baiknya.
[9]. Beliau adalah Abdur Rahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun Abu Zaid, “Waliyyuddin Al Hadhrami Al Asybili yang termasyhur dengan kitabnya Al  ‘Ibrar wa Diwanul Mubtada’ wal Khabar Fi Tarikhil Arab wa ‘Ajam wal Barbar yang terdiri atas tujuh jilid yang diawali dengan Al Muqaddimah. Beliau juga memiliki karya-karya tulis lain termasuk yang berbentuk sya’ir (puisi).
Beliau lahir dan dibesarkan di Tunis, kemudian pergi ke Mesir dan menjabat Hakim madzhab Maliki, dan wafat di Kairo pada tahun 808 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahabl: Id-11 dznAl-A’lam 3: 330.
[10]. Al-Kisaniyyah adalah salah satu kelompok Rafidhoh. Mereka adalah pengikut Al-Muhtar bin Abi ‘Ubaid Ats-Tsaqafi Al-Kadzdzab. Dan mereka dinisbatkan kepada Kisan, mantan budak Ali ra. Dan ada yang mengatakan bahwa Kisan adalah gelar bagi Muhammad bin Al-Hanafiyah. Periksa: Al-Farqu Bainal Firoq, halaman 38, dengan tahqiq Syekh Muhamma Muhjiddin Abdul Hamid.
[11]. la dilahirkan pada tahun 256 H dan wafat pada tahun 2754 H. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa ia pernah ada. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ia tidak pernah ada. Periksa: Minhajus Sunnah 2: 131, dan Al A’lam 6: 80.

Baca Juga

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama